Person Of The Year

Tradisi pemilihan Man of the Year (kemudian diubah menjadi Person of the Year) sejatinya dimulai oleh majalah legendaris Time, sejak tahun 1927 silam. Yang dipilih adalah mereka yang dalam satu tahun tertentu telah memberikan impak dramatis (baik impak positive atau negative) bagi kehidupan banyak orang (karena kriteria ini, maka Hitler-pun pernah jadi Man of the Year majalah Time di tahun 1938).

Lalu siapa Business Person of the Year for 2012 dalam ranah bisnis di tanah air? Siapakah mereka-mereka yang selama tahun 2012 telah memberikan jejak yang cetar membahana dalam jagat bisnis di Indonesia?

Berikut nominasi tiga figur bisnis yang layak dipilih menjadi Business Person of the Year, dan kemudian terpilih satu diantaranya.

Figur Nominasi # 1 : Teddy Rachmat. Mungkin jarang orang yang seberuntung dan sehebat dia : bagus ketika menjadi pekerja profesional (sebagai CEO Astra International puluhan tahun), dan tetap hebat ketika menjalankan bisnis sendiri (business owner dari Triputra Group, distributor utama Honda Motor di wilayah Jawa Barat, serta pemegang saham Adaro, Adira, dan Assa Rent Car).

Di tahun 2012 ia melakukan dua hal penting. Yang pertama, menerbitkan bukunya yang berjudul “Pembelajaran TP Rachmat”. Sebuah buku maut yang merangkum filosofi bisnis Pak Teddy yang amat legendaris : focus on great people, and your business will grow forever.

Gebrakan dia yang kedua adalah melakukan Go Public untuk salah satu bisnisnya yang kian besar yakni Assa Rent Car, yang mendadak menjadi rival berat bagi TRAC – market leader dalam rental mobil bagi korporasi.

Pak Teddy telah 40 tahun malang melintang dalam jagat bisnis di tanah air. Kebesaran Astra tentu tak lepas dari tangan dinginnya. Kini meski kian sepuh, di tahun 2012 ini, ia tetap bergerak membesarkan imperium bisnisnya. Tetap dengan filosofi khas pak Teddy. Sebutlah itu “Teddy Rachmat Way”.

Figur Nominasi # 2 : Dahlan Iskan. Oke, sejatinya ia sekarang adalah menteri, bukan pebisnis murni. Namun ia adalah Menteri BUMN, sang jendral yang memayungi puluhan BUMN raksasa seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina, Angkasa Pura; yang total di tahun 2012 memberikan laba bersih bagi negara sebesar Rp 140-an trilyun. Bukan angka yang sedikit sodara-sodara.

Sepanjang tahun 2012, Dahlan Iskan melakukan sejumlah gebrakan yang tak jarang mengundang kontroversi (dan justru karena itu ia layak dinominasikan) : mulai dari turun dari mobil mengatur antrian di pintu tol, ikut membersihkan toilet di bandara Soekarno Hatta, hingga gebrakan anti suap di lingkungan BUMN.

Meski tetap bernuansa positif, gebrakan-gebrakan Dahlan kadang menjadi terlalu “intervensionistik” : ia sepertinya ingin masuk terlibat dalam semua urusan BUMN (mungkin karena style dia yang begitu : to the point, ingin cepat selesai, dan kerja cepat serta tuntas).

Namun sebenarnya tugas paling penting Menteri BUMN hanya satu : memilih CEO hebat untuk semua BUMN yang ada (peran ini dijalankan dengan gemilang oleh Menteri BUMN terdahulu, yakni Sofyan Djalil). Cukup memilih CEO HEBAT bagi BUMN, dan semua proses akan berjalan dengan baik (tanpa harus gedebak-gedebuk mencoba menjadi pemadam kebakaran bagi semua masalah BUMN).

Finding the Right CEO for BUMN. Ini tugas utama dan paling penting bagi semua Menteri BUMN jika ingin roda BUMN terus bergerak melaju. Bukan ngurusi tugas-tugas lainnya.

Namun Dahlan Iskan tetaplah figur yang mencorong ditengah kebekuan birokrasi. Atas segala sepak terjangnya di tahun 2012, ia menjadi layak dinominasikan menjadi Business Person of the Year.

Figur Nominasi # 3 : RJ Lino. Oke, figur ini mungkin kurang dikenal publik. Namun sejatinya Lino adalah salah satu tokoh sentral bagi urat nadi ekonomi negeri ini.

RJ Lino adalah Dirut Pelindo II, yang membawahi pelabuhan Tanjung Priok. Tanpa banyak diketahui orang, pelabuhan Tanjung Priok adalah salah satu titik sentral roda ekonomi Indonesia. Bahkan mungkin paling sentral : tanpa truk kontainer yang naik turun di pelabuhan itu, bagaimana mungkin desktop dan printer dan Blackberry bisa sampai meja kantor Anda?

Dan sepanjang tahun 2012 Lino menjelmakan dirinya sebagai one of the best CEOs di negeri ini : ia bergerak cepat untuk melakukan transformasi bisnis Pelindo II.

Ia cepat mengambil keputusan berinvestasi new equipments and new facilities; serta cepat bergerak untuk membangun pelabuhan New Priok (yang akan menjadi pelabuhan besar di Asean menyaingi pelabuhan Singapore yang legendaris itu);

Lino juga memberikan wewenang luas bagi anak-anak muda terbaik Pelindo demi kemajuan bisnis. Ia juga amat fokus pada pengembangan mutu SDM : dalam tiga tahun ke depan ia akan mengirim 200 pegawai terbaik Pelindo II untuk sekolah master di berbagai sekolah di seluruh dunia.

Kalau saja RJ Lino diberi waktu 10 hingga 15 tahun untuk memimpin Pelindo II, maka pelabuhan itu bisa benar-benar mengalami perubahan yang dramatis.

RJ Lino adalah sosok teladan untuk mendobrak kebekuan pembangunan infrastruktur yang lamban : ia tipe CEO BUMN yang cepat mengambil keputusan, berani mengambil risiko, tidak birokratis, dan sekaligus punya visi yang kuat tentang arah masa depan bisnis.

Dengan melihat berbagai sepak terjang dari tiga figur diatas, maka RJ LINO yang paling layak dinobatkan sebagai Indonesian Business Person of the Year 2012.

Ilmu Manajemen Awali Bisnis Modern

Terimakasih Mas Yodya, kiriman artikelnya di Senin pagi 10 Des 2012 bertepatan dengan Seminar APPMI Ke I di Novotel Surabaya. Selasa saya presentasi makalah dengan tema Inovatifitas pemasok. Kiriman artikel mas Yodya cocok dan pas, menjelang presentasi makalah saya he3x..

Dear kawan pembaca web jhonhardi.com, ini saya postingkan artikel dari mas Yodya yang bertema inovasi.

Dalam jagat bisnis modern yang terus bergerak, inovasi mungkin telah menjadi semacam oksigen yang kudu terus dihirup. Tanpanya, sebuah bisnis barangkali bisa termehek-mehek ditelan laju perubahan zaman.

Faktanya, dalam bentangan sejarah bisnis yang panjang, karnaval inovasi itu terus menggema : mulai dari penemuan cell phone, mobil hybrid, internet, digital camera, 3D printer, hingga inovasi tablet portable masa kini.

Oke, daftar inovasi diatas begitu penting dan penuh pesona. Namun ada sebuah inovasi bisnis yang lebih hebat dan memungkinkan hadirnya revolusi peradaban bisnis modern. Apa gerangan inovasi legendaris ini? Dan apa dampaknya bagi jagat kehidupan modern? Mari kita telisik jawabannya dalam sajian renyah di pagi ini.

Jadi apa temuan terpenting dalam peradaban bisnis selama 100 tahun terakhir itu? Jawabnya : lahirnya ilmu manajemen. Ya, hadirnya ilmu manajemen adalah tonggak maha penting kala kita bicara tentang kebangkitan peradaban bisnis modern yang terus berlangsung ini.

Gary Hammel, guru strategi kelas dunia, menyebut kelahiran ilmu MANAJEMEN merupakan salah satu inovasi terpenting, dan telah memberikan dampak transformasional yang begitu masif bagi hadirnya peradaban bisnis modern.

Revolusi industri modern yang ditandai dengan hadirnya ikon-ikon bisnis seperti Ford, Toyota, General Electric, dan lalu berlanjut ke generasi Walmart, IBM, Samsung dan Intel, barangkali tak terbayangkan bisa hadir TANPA sumbangan ilmu manajemen.

Buku legendaris bertajuk the Practice of Management karya Peter Drucker acap disebut sebagi tonggak awal kelahiran ilmu manajemen modern. Dan faktanya, melalui buku inilah, revolusi tata kelola bisnis modern dimulai : dari buku ini dunia bisnis pertama kalinya mengenal istilah struktur organisasi, chain of command, span of control, hingga bagaimana cara melakukan re-organisasi bisnis.

Hadirnya ilmu manajemen yang secara sistematis mengajarkan cara tentang bagaimana merumuskan strategi, membangun planning, merumuskan alokasi sumber daya, hingga melakukan monitoring; telah membuat dunia bisnis bisa bergerak dengan konstan.

Sebaliknya, tanpa bantuan teknik dan ilmu manajemen yang solid, beragam imperium bisnis mungkin gagal menemukan puncak kejayaannya.

Begitulah Gary Hammel dalam bukunya the Future of Management, kemudian menyebut, dalam rentang seratus tahun terakhir ini, diam-diam ilmu manajemen telah memberikan pondasi yang kokoh bagi tumbuhan peradaban bisnis berskala mondial seperti yang kita saksikan hari ini.

Kini ketika kita menerawang hadirnya great companies seperti IBM, Citibank, Samsung, Astra International dan Bank BRI, kita mungkin harus menyebut ini : they are great because they have “strong management capabilities”. Dan kecakapan mengaplikasikan ilmu manajemen-lah yang membuat mereka menjadi management master.

Lalu jika kita bicara ilmu manajemen, sejatinya hanya ada 3 elemen simpel yang kudu di-kuasai. Yang pertama : Planning atau tentang bagaimana arah bisnis masa depan mau dilukis dalam kanvas persaingan yang kian brutal. Tentang rencana bisnis (semisal expansion plan, new investment, product development) yang mau digodok demi selamat hingga di tujuan.

Elemen kedua ilmu manajemen adalah : Execution, tentang bagaimana rencana bisnis yang telah di-sketsa-kan dengan detil itu, bisa diwujudkan menjadi kenyataan. Tentang bagaimana agar rencana bisnis yang keren itu tidak terus menggantung menjadi ilusi. Menjadi fatamorgana ditengah bayang-bayang invasi kompetitor yang tak kenal ampun.

Elemen terakhir adalah : Monitoring, review and evalution. Tentang bagimana setiap proses terus dipantau agar selalu on track. Tentang bagaimana agar implementasi terus bergerak maju dijalurnya. Tentang bagaimana umpan balik yang kontinyu terus diracik demi tergapainya puncak kinerja.

Ilmu MANAJEMEN adalah hanya tentang 3 elemen itu : planning, execution and monitoring. Dan dalam perjalanan sejarah yang panjang itu, ilmu semacam inilah yang telah menjadi mesin bagi bergeraknya peradaban bisnis modern.

Modal Sosial Untuk Supplier

Keberhasilan Astra Group menjadi sebuah kelompok perusahaan otomotif terbesar di Indonesia tersebut tidak terlepas dari peran pemasoknya (supplier). Perusahaan otomotif Astra melakukan peningkatan kapasitas produksi dan pembangunan jaringan (network) dengan industri pemasok (supplier) karena mereka (supplier) memberikan kontribusi yang besar bagi penciptaan kesempatan kerja serta ikut menyumbang pendapatan negara. Sedangkan konstribusi bagi perusahaan adalah para pemasok (supplier) merupakan pendukung rantai nilai dengan memainkan peran sebagai pembuat komponen melalui kemitraan.

Kontribusi suplier dalam proses produksi Astra yaitu melalui hubungan kemitraan pembeli dan pemasok (buyer-supplier). Data pemesanan dari perusahaan grup Astra yang diberikan kepada supplier kategori UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk komponen yang dibuat lokal produk sepeda motor (Astra Honda Motor) mencapai 94% dan mobil (Astra Daihatsu) mencapai 60% (Astra, 2011). Nilai kemitraan kepada supplier sebesar 8 triliun untuk kategori UKM (Astra, 2011). Sedangkan Setiap tahun jumlah pemasok (supplier) komponen ke perusahaan mengalami peningkatan dan perkembangan. Peningkatan dari segi kuantitas atau jumlah diimbangi pula dengan kualitas yang memadai. Keadaan ini secara langsung berkaitan dengan kualitas organisasi supplier khususnya dalam manajemen, teknologi dan pemasarannya. Pemasok (Supplier) dituntut meningkatkan QCD (quality, cost, delivery) melalui cara  inovasi yang dilakukan oleh pemasok (supplier innovativeness), dan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) dengan perusahaan Astra Group. Kedekatan hubungan antara Astra dengan pemasoknya ini telah terjaga, namun belum ada studi empiris yang mengukur bagaimana dampaknya terhadap kinerja Astra, terutama tentang inovasi yang mungkin dapat dihasilkan dari kedekatan hubungan tersebut. Inovasi maupun berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh supplier akan menunjang Astra untuk meningkatkan daya saing yang berkesinambungan.

Gonjang Ganjing UMR 2013…

Tahun 2012 sebentar lagi akan berakhir, dan segera prospek UMR 2013 (sekarang diubah menjadi Upah Minimum Provinsi dan Upah Minimum Kota/Kabupaten) menjadi ramai dibicarakan. Sejumlah wakil pekerja menyuarakan agar UMP DKI Jakarta dinaikkan menjadi Rp 2,4 jutaan, atau naik secara dramatis dibanding UMP tahun ini yang angkanye berkisar pada Rp 1,5 juta per bulan.

Menjalani hidup di kota besar seperti Jabodetabek dengan dua anak, hanya dengan gaji 1,5 jutaan memang amat menghimpit. Empati sedalam-dalamnya harus selalu dihadirkan bagi perjuangan mereka menuntut kenaikan gaji (saya kadang bete terjebak kemacetan gara-gara demo buruh, namun saya kemudian ingat : anak-anak mereka di-rumah mungkin tengah menangis lantaran ayahnya tak lagi sanggup membeli nasi).

Di pagi yang mendung ini, ditengah beban biaya hidup yang kian menghimpit, ditengah kegalauan lantaran uang gaji yak pernah lagi bisa ditabung, kita mau membedah tema itu : tentang upah minimal yang selayaknya dihaturkan pada jutaan pekerja Indonesia yang tercinta.

Oke, oke, saya sudah sering mendengar kenapa usulan kenaikan UMP menjadi 2 jutaan per bulan itu tidak masuk akal. Pasti banyak perusahaan yang tidak sanggup, tutup usahanya (atau relokasi ke negara lain), dan akibatnya : PHK, dan akhirnya pengangguran justru melesat.

Sayangnya, alasan itu klise, dan berangkat dari pola pikir yang linear (bukan pola pikir lateral). Maksud saya, tak ada salahnya kita sedikit memberikan ruang bagi pandangan yang berbeda, yang mungkin lebih fresh, dan lebih inovatif (lantaran tidak terjebak linear thinking).

Maka, mari kita simak argumen kenapa usulan kenaikan UMR yang signifikan layak dipertimbangkan.

Argumen pertama : memberikan gaji yang memadai pada pekerja dan buruh adalah salah satu pilar penting untuk membangun kemakmuran bangsa (sejarah kebangkitan ekonomi Amerika dipicu oleh kenaikan upah buruh yang dramatis pada era tahun 50-an).

Sebabnya sederhana : dengan gaji yang memadai, kalangan buruh akan punya daya beli yang lebih bagus, dan secara kolektif hal ini akan memicu demand produk secara dramatis (dan persis inilah yang terjadi pada kebangkitan ekonomi Amerika di era tahun 50an dan ekonomi Korea di tahun 80-an yang mencengangkan itu).

Kalau jutaan buruh upahnya pas-pasan, daya beli mereka jatuh, lalu siapa yang akan membeli produk-produk yang dihasilkan pabrik itu?

Sebaliknya, dengan gaji memadai, para buruh akan memiliki consumption and buying power yang lebih baik. Dan percayalah : dalam jangka panjang ini JUSTRU akan menguntungkan para pengusaha (sebab permintaan akan produk-produk mereka pasti akan meroket).

Argumen kedua : UMR yang tinggi akan menggedor kreativitas pengusaha untuk mulai menciptakan high value added products dan juga level produktivitas pekerjanya.

Justru disini UMR yang tinggi menjadi pendorong the magic of innovation : pengusaha yang selama ini hanya maunya jadi “pengusaha kelas tukang jahit” atau hanya memproduksi barang-barang komoditi, dipaksa untuk mengembangkan high valued added product yang memberikan profit margin yang lebih tinggi (supaya bisa membayar UMR).

Transformasi tersebut amat krusial kalau kita tak ingin pengusaha tanah air berjalan di tempat. Dan ingatlah selalu : transformasi semacam ini yang akan membuat negeri ini tidak masuk dalam “middle income nation trap”.

UMR yang tinggi lantas tak akan pernah dikenang sebagai kutukan sejarah, namun justru “berkah terselubung” bagi kebangkitan inovasi ekonomi negri ini.

UMR yang tinggi juga akan memaksa pengusaha untuk inovatif dalam meningkatkan level produktivitas pekerjanya. Again, UMR yang tinggi mestinya dianggap sebagai PELUANG, bukan PROBLEM : peluang yang menantang pengusaha untuk menemukan cara-cara inovatif melejitkan produktivitas.

Mindset pengusaha harusnya begini : kalau UMR naik 50%, namun level produkvitas naik 300%, why not. Pan pengusaha katanya orang-orang yang berjiwa kreatif.

Argumen yang terakhir : puluhan riset empiris dengan ribuan responden perusahaan memberikan kesimpulan yang terang benderang. Bahwa semua perusahaan menjadi hebat lantaran memberikan upah dan gaji yang amat memadai bagi buruh/pekerjanya.

Dilema ayam sama telor duluan mana terpecahkan disini : riset itu menunjukkan bahwa perusahaan harus memberikan gaji yang memadai LEBIH DULU, baru kemudian kinerja bisnis mereka akan melesat.

Bukan sebaliknya : mari kita kerja keras dulu, gaji apa adanya dulu ya, baru nanti kalau profit bagus, kita akan naikkan gaji ya (masih dengan embel-embel, tapi ndak janji lho). Sekali lagi : terus guwe mesti harus bilang wow gituh?

Konon, pengusaha atau entrepreneurs adalah risk takers dan collective of innovative minds yang selalu haus dengan tantangan. Kalimat itu hanya akan menjadi fatamorgana, kalau etos inovasi yang legendaris itu tidak dihadirkan untuk mengatasi isu UMR ini.

Carmuk di depan Boss oleh ” krucuk mumet”

Carmuk. Cari muka di depan boss. Kalimat ini mungkin telah tergelincir menjadi sejenis dirty words dengan aura negatif yang muram. Tentu saja demikian, jika cara itu dilakukan dengan pola amatiran dan sembrono oleh staf rendahan atau biasa disebut oleh dosen saya dengan istilah Krucuk Mumet. Namun jika proses itu dilakukan secara elegan dan proper, mungkin ia akan jadi pilar yang cukup penting bagi laju karir dan tentu saja, grafik kesejahteraan kita.

Cara cari muka secara elegan di depan boss itu lazim disebut sebagai ilmu impression management.

Di pagi musim penghujan ini, di bulan yang acap dikenang secara sendu dengan sebutan November Rain, kita mau mengulik seluk beluk ilmu impression management. Tujuan tulisan ini mulia : supaya karir dan nasib Anda bisa bergerak naik, berkah barokah, gemah ripah loh jinawi.

Sebelum membedah sejumlah kiat untuk melakoni impression management, kita jelajahi dulu empat jenis karyawan dan manajer.

Tipe pertama : kinerjanya bagus namun tidak bisa menjual dirinya dengan baik (bad impression management skills). Mungkin kinerja orang ini memang bagus : tekun, selalu mau kerja keras bahkan lembur, dan nyaris selalu bisa menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

Namun sayang, ia kurang piawai mencitrakan dirinya sebagai pekerja cerdas. Alhasil, namanya “nyaris tak terdengar”, dan karirnya mentok di pojok laci. Low profile boleh-boleh saja, tapi kalau selalu makan hati lantaran tak pernah di-promote, terus gue harus bilang wow gitu?

Tipe kedua : kinerjanya pas-pasan, namun pakar dalam teknik cari muka di depan bos. Teknik cari mukanya mulai dari yang sederhana : bikinin presentasi buat si bos, ikut membawakan tas/laptop boss, hingga yang lumayan “keren”, misal membelikan oleh-oleh buat si anak bos dan rela menjadi supir pribadi kala bos mau berkunjung kemana-mana.

Tanpa ditopang dengan substansi kinerja yang andal, siasat seperti diatas hanya akan meninggalkan jejak yang kelam bagi produktivitas organisasi di masa mendatang. Rekayasa impression management yang hanya akan membikin roboh kinerja bisnis.

Tipe ketiga : sudah kinerjanya pas-pasan, impression management skills-nya juga buruk. Pegawai semacam ini mungkin lebih baik diajak ke laut : buat merenung di pinggir pantai dari pagi sampe paginya lagi.

Tipe keempat adalah yang mungkin mesti ditumbuhkan : kinerjanya bagus, dan ditopang dengan ilmu impression management yang elegan. Alhasil karir pegawai/manajer seperti ini bisa terus berkibar meski hujan terus mengguyur bumi (halah, apa hubungannya).

Btw, siasat impression management yang dilakukan oleh pekerja tipe keempat itu layak di-dedahkan disini. Inilah contoh tiga cara cari muka di depan boss secara elegan yang mungkin layak diusung.

Cara Cari Muka # 1  : branding your program/activity as a critical part for company’s success. Desain dan kembangkan program yang kredibel dan inovatif (ini saja sudah memerlukan kompetensi). Namun yang tak kalah penting : branding program itu secara komunikatif (kalau perlu diresmikan dalam company event biar lebih ngejreng). Pastikan dalam keseluruhan proses itu, peran Anda “menonjol dan kelihatan” (dan memang ditopang oleh kecakapan).

Siasat diatas akan secara dramatis melambungkan nama Anda sebagai “rising star” – apalagi jika memang program/inisiatif itu bisa dijalankan dengan sukses.

Cara Cari Muka # 2 : bergiatlah secara aktif dalam company-wide initiatives (yang bersifat lintas departemen); misal seperti projek penerapan six sigma initiative, projek penerapan 5S atau balanced scorecard; atau projek pengembangan market baru.

Dan pastikan dalam inisiatif yang lintas bagian itu, Anda punya peran yang menonjol (entah sebagai team leader, atau sekedar aktif mengajukan solusi ide dalam meeting-meeting projek). Peran aktif Anda dalam inisiative seperti ini merupakan sarana ampuh to market yourself (ingat, personal branding).

Dibanyak perusahaan, orang yang aktif dalam company wide initiatives semacam diatas, cenderung lebih cepat dipromosikan. Ndak percaya? Coba saja sendiri.

Cara Cari Muka # 3  atau yang terakhir : bangunlah network internal dan posisikan Anda/departemen Anda sebagai good partner yang helpful. Selama ini di banyak organisasi, acap terjadi konflik antar departemen lantaran ego sektoral dan perbedaan kepentingan/prioritas. Koordinasi jadi macet.

Jangan ulangi kesalahan semacam itu. Posisikan tim Anda sebagai partner yang selalu gigih mencari win-win solution. Teruslah bergerak tanpa lelah ke setiap bagian/departemen, bangun komunikasi yang konstruktif, dan tawarkan aksi konkrit untuk memajukan kinerja bersama.

Cara yang ketiga ini niscaya akan membuat nama Anda menjadi “harum mewangi” dalam setiap sudut bangunan kantor Anda bekerja. Because, yes, you are a really good partner who drives performance.

Kesalahan dalam Membangun Habit dan Perilaku Produktif

Pada akhirnya, perjalanan merajut bentangan kesuksesan itu mungkin amatlah sederhana. Just develop good habits, and you can change your life forever. Mau kaya? Rajinlah menabung. Mau pintar? Rajinlah belajar. Mau sehat? Rajinlah berolahraga. Mau masuk surga? Rajinlah shalat tahajud dan bersedekah.

Simple bukan? Ya, memahat kemakmuran dunia akherat itu memang sederhana. Yang rumit : bagaimana menginstal kata “RAJIN” itu dalam relung jiwa kita secara konstan.

Sajian renyah kali ini mau menghidangkan menu tentang 7 kesalahan fatal yang tanpa sadar acap kita lakukan, ketika mau membangun “sikap rajin”, habit dan perilaku produktif dalam hidup kita.

7 kesalahan atau mitos yang mau dipaparkan disini didasarkan pada riset perilaku yang ekstensif yang telah dilakukan oleh Stanford University Persuasive Lab (sebuah lembaga terkemuka yang dengan getol mempelajari seluk-beluk perilaku manusia). Dus dengan kata lain, daftar kesalahan ini bukan karangan belaka (atau sekedar opini bebas), namun proven, dan berbasis ribuan data empiris.

Mari segera kita telisik 7 error ini satu demi satu.

Mistakes # 1 : Relying on Willpower for Long Term Behavior Change. Ini kesalahan mendasar yang acap menjebak orang : ketika mau berubah, hanya mengandalkan willpower (kemauan pribadi).

Benar, kemauan itu penting, namun faktanya : cadangan kemauan orang itu amat terbatas. Dan kemauan kuat itu ternyata mudah menguap. Itulah kenapa banyak orang menggebu-gebu di awal, namun pelan-pelan pudar willpowernya. Banyak inisiatif perubahan yang kemudian gagal karena kesalahan ini.

Mistake # 2 : Attempting big leaps, instead of baby steps. Kesalahan ini terjadi lantaran kita terlalu ambius : oke mulai besok, saya mau lari pagi setiap hari selama 10 KM. Faktanya : mengubah habit jauh lebih sukses dengan goal yang simple dan kelihatannya kecil : oke mulai besok, saya mau jalan kaki 5 menit saja per 2 hari sekali.

Riset membuktikan, sasaran yang kedua ini akan JAUH lebih sukses dijalankan, dan pelan-pelan – ini ajaibnya – akan membesar dengan sendirinya (maksudnya, bulan depan naik menjadi 10 menit, terus 15 menit, dst)

Mistake # 3 : Ignoring how environment shapes behaviors. Ini benar-benar kunci : lingkungan Anda punya pengaruh besar terhadap habit dan perilaku Anda.

Ribuan motivator kelas dunia bisa didatangkan dari antah berantah, namun hasilnya tetap akan sama : sepanjang lingkungan Anda tidak di-redesain. Di desain supaya kompatibel dengan habit yang mau dibangun.

Mistake # 4 : Blaming Failures on Lack of Motivation. Ini lagi, kesalahan yang lazim terjadi. Sedikit-sedikit, menyalahkan motivasi ketika seseorang tidak mau berubah perilakunya.

Yang seharusnya dilakukan : melakukan rekayasa konteks, sehingga perilaku yang mau dibangun menjadi lebih mudah dilakukan (auto debet tagihan adalah contoh sempurna : merubah kemalasan orang membayar tagihan itu bukan dengan menasehati dia supaya bayar tepat waktu. Tapi cukup sediakan sistem yang membuat prosesnya mudah. Sim salabim, lahirlah : auto debet tagihan. Tapi banyak orang yang tulalit : terus saja menyalahkan motivasi pelanggan yang malas membayar tagihan TANPA berpikir menyediakan “rekayasa konteks” untuk mengubah perilaku).

Mistake # 5 : Believing that Information Leads to Action. Nah ini kesalahan yang dilakukan orang tulalit diatas itu : terus saja memberikan wejangan/nasehat/informasi, seolah-olah ini akan mendorong perubahan perilaku. Salah besar.

Nasehat dan informasi verbal itu nyaris tidak punya dampak pada perubahan perilaku. Mengubah perilaku hanya dengan “sosialisasi tentang pentingnya blah blah blah”, hanya akan membuat Anda frustasi.

Mistake # 6 : Focusing on Abstract Goals. Saya ingin sehat. Saya ingin kaya. Ini tujuan yang terlalu abstrak dan menurut riset, tidak mendorong perubahan perilaku.

Mulai besok saya akan sit up 7 kali per hari. Mulai bulan ini saya harus menabung 250 ribu/bulan. Sasaran yang lebih konkrit semacam ini JAUH memberikan dampak bagi perubahan perilaku.

Mistake # 7 : Assuming that Behavior Change is Difficult. Kesalahan terakhir ini terjadi ya karena itu tadi : terlalu mengandalkan willpower dan motivasi (yang cadangannya tipis) dan juga tidak dibangun berdasar strategi yang tepat.

Padahal mengubah perilaku itu akan jauh lebih mudah kalau saja kita bisa menjalankan strategi yang dipaparkan diatas : mulailah dengan perubahan kecil, ciptakan sasaran yang konkrit, dan desain sistem atau konteks yang mendukung perubahan perilaku (ingat : kasus auto debet diatas).

from sajian renyah : strategi marketing manajemen blog

 

Business DECISIONS In Indonesia

Business DECISIONS. Pada akhirnya, parade sejarah bisnis yang begitu panjang di jagat ini selalu berawal dari sebuah keputusan. Atau keberanian untuk mengambil sebuah keputusan bisnis.

Ya, sebelum semua rencana dikibarkan dan berjurus eksekusi dipahatkan, segalanya dimulai dari sebuah decision. Itulah kenapa KEPUTUSAN itu mahal harganya, kalau saja kita paham akan dampak yang diakibatkannya : for better or worse.

Sajian kali ini akan menjelajahi 4 Best Business Decisions yang pernah diambil dalam jagat bisnis negeri ini. Empat keputusan bisnis legendaris yang telah memberikan warna dalam bentangan sejarah bisnis di tanah air.

Silakan duduk baik-baik. Minum dulu segelas teh hangat, dan simak kisah beragam keputusan bisnis ini dengan seksama.

Orang suka lupa tentang betapa pentingnya sebuah keputusan, dan betapa mahalnya the price of decisions. Seperti misalnya, keputusan yang diambil dewan komisaris Apple tahun 1996 untuk menghire kembali Steve Jobs sebagai CEO Apple. Keputusan – yes, this very decision – yang membuat Apple menjadi seperti sekarang.

Dalam lansekap bisnis di tanah air, berikut empat keputusan bisnis yang mungkin bisa dicatat sebagai keputusan legendaris.

Business Decision # 1 : Keputusan Grup Djarum untuk membeli mayoritas saham Bank BCA yang nyaris kolaps saat krismon 1998. Konon kabarnya keputusan ini diambil hanya dalam hitungan hari (oleh keluarga Hartono Djarum). Keputusan yang berani (mengingat kondisi Bank BCA pada saat puncak krisis yang nyaris dilanda panic rush); namun juga sebuah keputusan visioner yang dibangun berdasar kepala dingin ditengah gonjang ganjing krisis moneter.

Apapun, keputusan ini jika dihargai dengan uang mungkin setara dengan 10 trilyun. Sebab keuntungan yang didapat Djarum dengan membeli BCA memang minimal seharga jumlah tersebut; dan ini masih akan terus berjalan hingga BCA masih hidup di bumi Nusantara (dan ini mungkin hingga 200 tahun yang akan datang). Saya menyebut keputusan ini sebagai : 10 Billion Business Decision.

Business Decision # 2 : Keputusan Chairul Tanjung untuk “membujuk” Ishadi SK menjadi CEO TransTV. Kini TransTV (dan sister company-nya : Trans7) telah menjadi televisi top di tanah air, dengan profit ratusan milyar per tahun (juga dengan gebyar acara TV yang rancak).

Siapa dibalik semua kejayaan TransTV ini? Jawabannya mudah : semua berawal dari tangan dingin Ishadi SK, sang master televisi yang menjadi arsitek kejayaan TransTV saat ini.

Tapi yang lebih jenius adalah Chairul Tanjung : keputusannya untuk meng-hire Ishadi SK adalah eksemplar sempurna tentang the price of great business decision. Human capital decision yang layak dikenang dengan penuh sukacita.

Business Decision # 3 : Keputusan Yamaha untuk memperkenalkan skutik Mio pada tahun 2001. This is an amazing business decision : keputusan ini yang benar-benar menjadi titik balik amat dramatis bagi kinerja Yamaha di tanah air (penjualannya berlipat 10 kali setelah keputusan yang jenius itu).

Keputusan mengusung skutik Mio sejatinya merupakan sebuah keputusan yang penuh risiko : pada tahun itu skutik sama sekali bukan hal yang familiar bagi pengguna motor (Honda sendiri ketika itu agak mencibir keputusan Yamaha mengusung motor skutik).

Tapi sejarah ternyata memihak Yamaha. Lagi : contoh betapa sebuah keputusan bisnis bisa mengubah nasib secara mengejutkan.

Business Decision # 4 : Keputusan Tirto Utomo membangun sebuah bisnis yang melegenda. Sebuah keputusan yang dipicu oleh hal yang amat sederhana : suatu saat di tahun 1973, Utomo malu ketika tamu asing-nya sakit diare gara-gara minum air putih rebusan yang dibikin oleh office boy di kantornya.

Insiden yang memalukan itu memicu Utomo muda untuk membangun pabrik air mineral yang higienis. Ia mencari informasi hingga ke luar negeri (ingat, saat itu belum ada Google). Setelah semua informasi didapat, ia resmi mendirikan pabrik air mineral pertama di Indonesia pada tahun 1974.

Aqua. Begitu ia memberi nama pada produk yang ia jual. “Aqua Spectacular Decision” : another sample of great business decision.

Contoh empat decisions diatas, dengan segera menunjukkan : bahwa keputusan/decision  sejatinya merupakan embrio awal yang amat vital bagi siasat untuk merajut kejayaan. Keputusan yang tepat mungkin akan bernilai trilyunan. Sebaliknya juga sama : keputusan yang salah bisa juga membuat bisnis rugi ratusan milyar.

Now look at your own life : adakah Anda pernah atau punya rencana untuk mengambil sebuah keputusan bisnis/karir yang amat penting bagi hidup Anda?

Decide brilliantly. And decide wisely.

Teaching Sales

Teaching Sales

Great sales professionals are scare and getting scarcer” Authors: Suzanne Foget, David Hoffmeister, Richard Rocco, Daniel P

Diulas oleh Jhon Hardi

1.1.   Paradigma lama terkait Pendidikan Ilmu Menjual (Sales)

Artikel ini berusaha menggungah kesadaran perguruan tinggi untuk mendesain kurikulum dan membuka program-program pendidikan tentang penjualan. Hal ini mengingat fakta bahwa di sebagian besar sekolah bisnis kelas dunia tidak banyak ditemukan mata kuliah terkait penjualan, bahkan ditingkat Master of Business Administrasion hanya ada 1 mata kuliah manajemen penjualan, hal ini secara implisit menunjukkan bahwa pendidikan penjualan tidak penting. Salah satu alasan karena adanya paradigma bahwa seorang penjual (salespersons) dilahirkan dan bukan dibentuk sehingga mereka sangat meragukan keberhasilan pendidikan yang mengajarkan tentang menjual. Hasil dari pendidikan menjual ini masih diragukan tidak hanya di Indonesia, bahkan diluar negeri. Menurut Suzanne Fogel dkk (2012) menyatakan bahwa dari 479 program bisnis yang diakreditasi oleh Advance Collegiate Schools of Business, hanya 101 yang memiliki kurikulum penjualan dan hanya satu yang menawarkan gelar MBA dalam bidang penjualan salesoriented. Setelah melalui proses pendidikan menjual, siswa akan menjadi apa atau bagaimana? Pertanyaan tentang hasil yang dapat diukur dari suatu proses pendidikan adalah hal yang wajar, karena menyangkut penggunaan sumberdaya yang tidak sedikit dan waktu yang cukup banyak dialokasikan dalam program.

Tulisan ini dibuat dari hasil pelajaran selama mendirikan dan menjalankan aktivitas penelitian dibawah Center for Sales Leadership di DePaul University yang pada intinya ingin menggugah kesadaran perguruan tinggi untuk meningkatkan investasi pendidikan penjualan. Hal ini ditunjang pula dengan  survey yang dilakukan  Chally Group (sebuah konsultan dibidang penjualan) sejak tahun 1998, yang menyebutkan bahwa banyak pembeli memilih pemasoknya bukan berdasar atas kualitas produk atau layanan ataupun harga, melainkan keahlian atau skill dari penjualnya (salespersons).

Pendidikan tentang ilmu menjual belum dianggap penting karena dipandang bagian kecil dari aktivitas pemasaran yang fokus utamanya hanya pada penjualan produk saja. Sehingga pendidikan tentang penjualan di perguruan tinggi tidak banyak membantu, karena pengetahuan tentang produk itu unik sehingga perusahaan perlu membuat pelatihan internal, sedangkan keahlian menjual dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa diajarkan. Paradigma penjualan belum dipandang sebagai profesi yang membanggakan. Pendidikan magister lebih memberikan pendidikan pemasaran dan manajemen secara umum yang sangat diperlukan ketika seseorang menduduki jabatan yang lebih tinggi diperusahaan. Disisi lain, pendidikan tentang penjualan dianggap sekedar mengajarkan aktivitas teknis menjual sehingga tidak terlalu dihargai.

1.2. Paradigma Baru Pendidikan Penjualan

Terminologi Sales 2.0 saat ini sedang berkembang memperkenalkan paradigma bahwa penjualan berarti memberdayakan konsumen. Konsumen tidak lagi menuntut penjual (salesperson) memahami tentang produk perusahaan dan bisa memproses pesanan tetapi lebih pada bagaimana membantu konsumen mendefinisikan masalahnya dan berusaha memberikan solusi secara lengkap. Untuk itu, pendidikan ilmu menjual diharapkan memberikan kemampuan yang lengkap mulai dari dasar-dasar keilmuannya (fundamental sales), metodologi, hingga ilmu penjualan tingkat lanjut (multibuyers methodologies, analytic process for customer development), manajemen penjualan, komunikasi bisnis, dan teknologi penunjang penjualan.

Paradigma baru ini dipandang sebagai kesempatan oleh perguruan tinggi kelas dunia untuk meningkatkan investasi dibidang pendidikan penjualan, dimana dari 45 program pendidikan yang ditawarkan pada tahun 2007 meningkat dua kali lipat ditahun 2011. Dunia perguruan tinggi makin percaya diri bahwa mereka dapat memberikan lebih kepada mahasiswa dibandikan dengan apa yang bisa diberikan oleh pelatihan di industri.

1.3. Menjual Pendidikan Ilmu Menjual

Paradigma lama terkait profesi penjual yang kurang bergengsi mempengaruhi animo mahasiswa  belajar dalam pendidikan ilmu menjual diperguruan tinggi. Keberlangsungan karir seorang penjual (sales person) juga diragukan, dan ini sudah menjadi stereotype publik. Pendidikan ilmu menjual terus berusaha meyakinkan mahasiswanya bahwa ini adalah suatu profesi yang sangat menarik, karena memberikan otonomi yang luar biasa kepada individu, serta ruang gerak yang sangat luas dan dapat menjalin jaringan dengan banyak pihak eksternal perusahaan. Penghargaan berupa uang juga sangat menarik karena ini berkorelasi dengan usaha individu masing-masing. Motivasi yang diberikan para dosen program penjualan di perguruan tinggi ini cukup dapat meningkatkan animo mahasiswa untuk yakin memilih profesi penjual setelah lulus. Tugas yang tidak kalah berat adalah meyakinkan industri untuk bermitra dengan perguruan tinggi. Karena sekolah bisnis merupakan sekolah professional, bukan akademis, maka industri memiliki tanggung jawab untuk menjaga para mahasiswa tetap bangga pada profesi yang dipilihnya. Saat ini banyak pusat-pusat penjualan sudah jenuh oleh aktivitas bisnis, namun sangat sulit untuk melakukan ekspansi karena salesperson yang langka. Apabila industri berkepentingan dengan menumbuhkan pusat-pusat penjualan, diharapkan industri dapat menjadi mitra aktif perguruan tinggi yang membuka program pendidikan penjualan.

Seminar ” SUKSES MULIA” Penyelenggara PT. Astra International, Tbk

Assallamu’allaikum wrwb

Seminar ” SUKSES MULIA” Penyelenggara PT. Astra International, Tbk
Tempat di Grandcity Surabaya
Pendaftaran paling lambat tgl 3 oktober 2012, cukup tulis nama yang benar dan sms ke 081703083599 jumlah peserta terbatas hanya 400 orang saja…
Seminar InsyaAllah hari Minggu tgl 21 okt 2012 jam 09.00 sd 11.00 wib
Gratis, dan dapatkan fasilitas :

– Seragam Seminar
– Sertifikat
– Souvenir
– Doorprize
– Konsumsi

Dan tentunya….pengalaman menarik JELAJAHI DUNIA ASTRA…

– Produk-Produk Terbaru dari Grup Astra
– Melihat pameran 161 perusahaan, 6 lini bisnis dan 8 Yayasan Astra group
– Bursa Kerja bagi mahasiswa yang belum bekerja
– Melihat hiburan Klanthink dan Naif band

Sebarkan info ini kepada rekan mahasiswa, bisnis pemula, madya maupun yang sudah kawakan…..

Bila anda sudah mendaftar, maka Astra akan meminta anda untuk mengambil undangan resmi seminar …sebagai bukti anda teregister

Salam
Satu Indonesia, Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia

PEOPLE DON’T NEED A PROFIT MOTIVE TO INNOVATE

Dimana pada artikel ini seseorang melakukan suatu inovasi yang membuat mereka juga bersaing dengan  perlindungan hak paten. Serta inovasi – inovasi yang mereka buat tersebut sebenarnya dapat menghasilkan keuntungan ekonomi.

Penelitian yang dilkukan oleh seseorang dari AS, Jepang , UK, menemukan bahwa banyak produk konsumen yang dikembangkan oleh konsumen sendiri, bukan oleh perusahaan. Contohnya adalah di Inggris 6,1% orang telah membuat dan memodifikasi produk konsumen dalam 3 tahun terakhir. Secara keseluruhan konsumen Inggris menghabiskan 2,3 kali lebih pada inovasi konsumen dari semua perusahaan Inggris. Hanya 2% dari inovasi konsumen yang idenya dipatenkan, dan malah banyak yang didistribusikan secara gratis.

  • Namun sekarang pertanyaannya adalah apakah inovasi dapat berkembang jika ide tidak dilindungi dan dibayar?

Sesuai pendapat Von Hippel, dimana Banyak biaya yang berkaitan dengan inovasi telah jatuh drastis karena kemajuan teknologi.Pengguna menemukan biaya yang lebih murah untuk mengembangkan produk persis dengan yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri. Kita tahu bahwa hanya sebagian kecil dari pengguna inovator melindungi ide-ide mereka dari pengekor melalui paten atau cara lain, namun inovasi saat ini memang sedang berkembang.

  • Lalu mengapa orang tidak ingin melindungi inovasi pada produk mereka ?

Ada contoh lagi seperti yang ada pada artikel ini, dimana seorang pecinta sepeda memiliki sepeda dan membuat inovasi baru sepeda gunungnya dan menggunakannya setiap hari, dan orang-orang disekitarnya melihat, ingin mencoba, dan menanyakan sepedanya tersebut, karena terlihat berbeda. Pada suatu saat orang lain yang pernah tau sepedanya berusaha meniru inovasi tersebut. Nah apakah hal itu akan menyakiti si pembuat inovasi sepeda gunung? Ternyata jawabannya adalah tidak, dengan alasan bahwa inovasi tersebut malah meningkatkan reputasinya, dan pengguna lain malah bisa mengembangkan dan perbaikan dari inovasi sepeda yang telah dia buat. Dan jika perusahaan sepeda suatu saat akan membuat produk seperti inovasi yang telah dibuat seseorang tadi secara komersial dan menghasilkan banyak keuntungan mungkin memang akan sedikit mengganggunya, tetapi seseorang tersebut mengatakan bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi insentif aslinya untuk berinovasi dan diharapkan itu menjadi investasi yang telah dibuatnya.

Cerita yang sama sehubungan dengan konsumen  yang berinovasi. Disini dikatakan bahwa suatu perusahaan menciptakan mesin baru untuk digunakan dalam suatu proses manufaktur. Seseorang yang bernama Jeroen de Jong beserta seseorang mengetahui bahwa perusahaan seringkali mengungkapkan inovasi kepada pemasok secara gratis.

Hal itu dilakukan karena perusahaan akan mendapat keuntungan jika pemasok mulai membangun inovasi mereka secara komersial.

Namun pada sutu titik tertentu pada akhirnya harus membayar untuk melindungi ide-ide tersebut.

Seperti merk Gillete, tidak pernah kita lihat dia berinovasi dengan produk yang baru.Namun Gillete memiliki keunggulan kompetitif yang besar bagi mereka. Yaitu ketajaman mata pisaunya yang belum ada yang bisa menyainginya

Sehingga dapat kita ketahui bahwa sebenarnya suatu gagasan untuk berinovasi itu muncul ketika ada tingakat persaingan naik.Misal saja, pengendara sepeda tidak dapat berinovasi jika tidak ada perlombaan sepeda, dsb.

Namun memang tidak semua menganggap membuat inovasi adalah sebagai suatu persaingan, oleh karena itu mereka mengungkapkan inovasi mereka secara gratis.

Namun saat ini bahwa para konsumen dari produsen pertama telah menghasilkan suatu bahan yang sangat penting dari suatu inovasi yang mereka buat dan diumumkan secara gratis, kemudian produsen kedua mengadopsi inovasi trersebut dan mengembangkannya.Dan tidak terlihat perusahaan mengeluh tentang hal itu.

  • Ø Mengenai Paradigma yang selama ini adalah “Produsen berinovasi dan konsumen/pengguna tidak”, namun paradigma itu ternyata salah. Misalnya :
  1. Twitter tahu benar bahwa penggunanya adalah orang-orang yang awalnya mengembangkan fungsi baru, lalu perusahaan akhirnya mengadopsi dan monetizes.
  2. Pengalaman Microsoft dengan aksesori Kinect itu diperkenalkan untuk Xbox 360. Tak lama setelah produk yang keluar, banyak pengguna dimodifikasi dan diperbaiki dan menciptakan aplikasi baru.
  3. Microsoft pertama menyayangkan “hacking” produknya oleh pengguna. Kemudian, dalam beberapa hari, ia berbalik arah dan bertepuk tangan dan menawarkan dukungan kepada para pengguna yang sama.

Dan hal ini menjadikan keuntungan provit.

GDE Error: Unable to load requested profile.

Error thrown

Call to undefined function create_function()