Business DECISIONS In Indonesia

Business DECISIONS. Pada akhirnya, parade sejarah bisnis yang begitu panjang di jagat ini selalu berawal dari sebuah keputusan. Atau keberanian untuk mengambil sebuah keputusan bisnis.

Ya, sebelum semua rencana dikibarkan dan berjurus eksekusi dipahatkan, segalanya dimulai dari sebuah decision. Itulah kenapa KEPUTUSAN itu mahal harganya, kalau saja kita paham akan dampak yang diakibatkannya : for better or worse.

Sajian kali ini akan menjelajahi 4 Best Business Decisions yang pernah diambil dalam jagat bisnis negeri ini. Empat keputusan bisnis legendaris yang telah memberikan warna dalam bentangan sejarah bisnis di tanah air.

Silakan duduk baik-baik. Minum dulu segelas teh hangat, dan simak kisah beragam keputusan bisnis ini dengan seksama.

Orang suka lupa tentang betapa pentingnya sebuah keputusan, dan betapa mahalnya the price of decisions. Seperti misalnya, keputusan yang diambil dewan komisaris Apple tahun 1996 untuk menghire kembali Steve Jobs sebagai CEO Apple. Keputusan – yes, this very decision – yang membuat Apple menjadi seperti sekarang.

Dalam lansekap bisnis di tanah air, berikut empat keputusan bisnis yang mungkin bisa dicatat sebagai keputusan legendaris.

Business Decision # 1 : Keputusan Grup Djarum untuk membeli mayoritas saham Bank BCA yang nyaris kolaps saat krismon 1998. Konon kabarnya keputusan ini diambil hanya dalam hitungan hari (oleh keluarga Hartono Djarum). Keputusan yang berani (mengingat kondisi Bank BCA pada saat puncak krisis yang nyaris dilanda panic rush); namun juga sebuah keputusan visioner yang dibangun berdasar kepala dingin ditengah gonjang ganjing krisis moneter.

Apapun, keputusan ini jika dihargai dengan uang mungkin setara dengan 10 trilyun. Sebab keuntungan yang didapat Djarum dengan membeli BCA memang minimal seharga jumlah tersebut; dan ini masih akan terus berjalan hingga BCA masih hidup di bumi Nusantara (dan ini mungkin hingga 200 tahun yang akan datang). Saya menyebut keputusan ini sebagai : 10 Billion Business Decision.

Business Decision # 2 : Keputusan Chairul Tanjung untuk “membujuk” Ishadi SK menjadi CEO TransTV. Kini TransTV (dan sister company-nya : Trans7) telah menjadi televisi top di tanah air, dengan profit ratusan milyar per tahun (juga dengan gebyar acara TV yang rancak).

Siapa dibalik semua kejayaan TransTV ini? Jawabannya mudah : semua berawal dari tangan dingin Ishadi SK, sang master televisi yang menjadi arsitek kejayaan TransTV saat ini.

Tapi yang lebih jenius adalah Chairul Tanjung : keputusannya untuk meng-hire Ishadi SK adalah eksemplar sempurna tentang the price of great business decision. Human capital decision yang layak dikenang dengan penuh sukacita.

Business Decision # 3 : Keputusan Yamaha untuk memperkenalkan skutik Mio pada tahun 2001. This is an amazing business decision : keputusan ini yang benar-benar menjadi titik balik amat dramatis bagi kinerja Yamaha di tanah air (penjualannya berlipat 10 kali setelah keputusan yang jenius itu).

Keputusan mengusung skutik Mio sejatinya merupakan sebuah keputusan yang penuh risiko : pada tahun itu skutik sama sekali bukan hal yang familiar bagi pengguna motor (Honda sendiri ketika itu agak mencibir keputusan Yamaha mengusung motor skutik).

Tapi sejarah ternyata memihak Yamaha. Lagi : contoh betapa sebuah keputusan bisnis bisa mengubah nasib secara mengejutkan.

Business Decision # 4 : Keputusan Tirto Utomo membangun sebuah bisnis yang melegenda. Sebuah keputusan yang dipicu oleh hal yang amat sederhana : suatu saat di tahun 1973, Utomo malu ketika tamu asing-nya sakit diare gara-gara minum air putih rebusan yang dibikin oleh office boy di kantornya.

Insiden yang memalukan itu memicu Utomo muda untuk membangun pabrik air mineral yang higienis. Ia mencari informasi hingga ke luar negeri (ingat, saat itu belum ada Google). Setelah semua informasi didapat, ia resmi mendirikan pabrik air mineral pertama di Indonesia pada tahun 1974.

Aqua. Begitu ia memberi nama pada produk yang ia jual. “Aqua Spectacular Decision” : another sample of great business decision.

Contoh empat decisions diatas, dengan segera menunjukkan : bahwa keputusan/decision  sejatinya merupakan embrio awal yang amat vital bagi siasat untuk merajut kejayaan. Keputusan yang tepat mungkin akan bernilai trilyunan. Sebaliknya juga sama : keputusan yang salah bisa juga membuat bisnis rugi ratusan milyar.

Now look at your own life : adakah Anda pernah atau punya rencana untuk mengambil sebuah keputusan bisnis/karir yang amat penting bagi hidup Anda?

Decide brilliantly. And decide wisely.

Teaching Sales

Teaching Sales

Great sales professionals are scare and getting scarcer” Authors: Suzanne Foget, David Hoffmeister, Richard Rocco, Daniel P

Diulas oleh Jhon Hardi

1.1.   Paradigma lama terkait Pendidikan Ilmu Menjual (Sales)

Artikel ini berusaha menggungah kesadaran perguruan tinggi untuk mendesain kurikulum dan membuka program-program pendidikan tentang penjualan. Hal ini mengingat fakta bahwa di sebagian besar sekolah bisnis kelas dunia tidak banyak ditemukan mata kuliah terkait penjualan, bahkan ditingkat Master of Business Administrasion hanya ada 1 mata kuliah manajemen penjualan, hal ini secara implisit menunjukkan bahwa pendidikan penjualan tidak penting. Salah satu alasan karena adanya paradigma bahwa seorang penjual (salespersons) dilahirkan dan bukan dibentuk sehingga mereka sangat meragukan keberhasilan pendidikan yang mengajarkan tentang menjual. Hasil dari pendidikan menjual ini masih diragukan tidak hanya di Indonesia, bahkan diluar negeri. Menurut Suzanne Fogel dkk (2012) menyatakan bahwa dari 479 program bisnis yang diakreditasi oleh Advance Collegiate Schools of Business, hanya 101 yang memiliki kurikulum penjualan dan hanya satu yang menawarkan gelar MBA dalam bidang penjualan salesoriented. Setelah melalui proses pendidikan menjual, siswa akan menjadi apa atau bagaimana? Pertanyaan tentang hasil yang dapat diukur dari suatu proses pendidikan adalah hal yang wajar, karena menyangkut penggunaan sumberdaya yang tidak sedikit dan waktu yang cukup banyak dialokasikan dalam program.

Tulisan ini dibuat dari hasil pelajaran selama mendirikan dan menjalankan aktivitas penelitian dibawah Center for Sales Leadership di DePaul University yang pada intinya ingin menggugah kesadaran perguruan tinggi untuk meningkatkan investasi pendidikan penjualan. Hal ini ditunjang pula dengan  survey yang dilakukan  Chally Group (sebuah konsultan dibidang penjualan) sejak tahun 1998, yang menyebutkan bahwa banyak pembeli memilih pemasoknya bukan berdasar atas kualitas produk atau layanan ataupun harga, melainkan keahlian atau skill dari penjualnya (salespersons).

Pendidikan tentang ilmu menjual belum dianggap penting karena dipandang bagian kecil dari aktivitas pemasaran yang fokus utamanya hanya pada penjualan produk saja. Sehingga pendidikan tentang penjualan di perguruan tinggi tidak banyak membantu, karena pengetahuan tentang produk itu unik sehingga perusahaan perlu membuat pelatihan internal, sedangkan keahlian menjual dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa diajarkan. Paradigma penjualan belum dipandang sebagai profesi yang membanggakan. Pendidikan magister lebih memberikan pendidikan pemasaran dan manajemen secara umum yang sangat diperlukan ketika seseorang menduduki jabatan yang lebih tinggi diperusahaan. Disisi lain, pendidikan tentang penjualan dianggap sekedar mengajarkan aktivitas teknis menjual sehingga tidak terlalu dihargai.

1.2. Paradigma Baru Pendidikan Penjualan

Terminologi Sales 2.0 saat ini sedang berkembang memperkenalkan paradigma bahwa penjualan berarti memberdayakan konsumen. Konsumen tidak lagi menuntut penjual (salesperson) memahami tentang produk perusahaan dan bisa memproses pesanan tetapi lebih pada bagaimana membantu konsumen mendefinisikan masalahnya dan berusaha memberikan solusi secara lengkap. Untuk itu, pendidikan ilmu menjual diharapkan memberikan kemampuan yang lengkap mulai dari dasar-dasar keilmuannya (fundamental sales), metodologi, hingga ilmu penjualan tingkat lanjut (multibuyers methodologies, analytic process for customer development), manajemen penjualan, komunikasi bisnis, dan teknologi penunjang penjualan.

Paradigma baru ini dipandang sebagai kesempatan oleh perguruan tinggi kelas dunia untuk meningkatkan investasi dibidang pendidikan penjualan, dimana dari 45 program pendidikan yang ditawarkan pada tahun 2007 meningkat dua kali lipat ditahun 2011. Dunia perguruan tinggi makin percaya diri bahwa mereka dapat memberikan lebih kepada mahasiswa dibandikan dengan apa yang bisa diberikan oleh pelatihan di industri.

1.3. Menjual Pendidikan Ilmu Menjual

Paradigma lama terkait profesi penjual yang kurang bergengsi mempengaruhi animo mahasiswa  belajar dalam pendidikan ilmu menjual diperguruan tinggi. Keberlangsungan karir seorang penjual (sales person) juga diragukan, dan ini sudah menjadi stereotype publik. Pendidikan ilmu menjual terus berusaha meyakinkan mahasiswanya bahwa ini adalah suatu profesi yang sangat menarik, karena memberikan otonomi yang luar biasa kepada individu, serta ruang gerak yang sangat luas dan dapat menjalin jaringan dengan banyak pihak eksternal perusahaan. Penghargaan berupa uang juga sangat menarik karena ini berkorelasi dengan usaha individu masing-masing. Motivasi yang diberikan para dosen program penjualan di perguruan tinggi ini cukup dapat meningkatkan animo mahasiswa untuk yakin memilih profesi penjual setelah lulus. Tugas yang tidak kalah berat adalah meyakinkan industri untuk bermitra dengan perguruan tinggi. Karena sekolah bisnis merupakan sekolah professional, bukan akademis, maka industri memiliki tanggung jawab untuk menjaga para mahasiswa tetap bangga pada profesi yang dipilihnya. Saat ini banyak pusat-pusat penjualan sudah jenuh oleh aktivitas bisnis, namun sangat sulit untuk melakukan ekspansi karena salesperson yang langka. Apabila industri berkepentingan dengan menumbuhkan pusat-pusat penjualan, diharapkan industri dapat menjadi mitra aktif perguruan tinggi yang membuka program pendidikan penjualan.

Seminar ” SUKSES MULIA” Penyelenggara PT. Astra International, Tbk

Assallamu’allaikum wrwb

Seminar ” SUKSES MULIA” Penyelenggara PT. Astra International, Tbk
Tempat di Grandcity Surabaya
Pendaftaran paling lambat tgl 3 oktober 2012, cukup tulis nama yang benar dan sms ke 081703083599 jumlah peserta terbatas hanya 400 orang saja…
Seminar InsyaAllah hari Minggu tgl 21 okt 2012 jam 09.00 sd 11.00 wib
Gratis, dan dapatkan fasilitas :

– Seragam Seminar
– Sertifikat
– Souvenir
– Doorprize
– Konsumsi

Dan tentunya….pengalaman menarik JELAJAHI DUNIA ASTRA…

– Produk-Produk Terbaru dari Grup Astra
– Melihat pameran 161 perusahaan, 6 lini bisnis dan 8 Yayasan Astra group
– Bursa Kerja bagi mahasiswa yang belum bekerja
– Melihat hiburan Klanthink dan Naif band

Sebarkan info ini kepada rekan mahasiswa, bisnis pemula, madya maupun yang sudah kawakan…..

Bila anda sudah mendaftar, maka Astra akan meminta anda untuk mengambil undangan resmi seminar …sebagai bukti anda teregister

Salam
Satu Indonesia, Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia

PEOPLE DON’T NEED A PROFIT MOTIVE TO INNOVATE

Dimana pada artikel ini seseorang melakukan suatu inovasi yang membuat mereka juga bersaing dengan  perlindungan hak paten. Serta inovasi – inovasi yang mereka buat tersebut sebenarnya dapat menghasilkan keuntungan ekonomi.

Penelitian yang dilkukan oleh seseorang dari AS, Jepang , UK, menemukan bahwa banyak produk konsumen yang dikembangkan oleh konsumen sendiri, bukan oleh perusahaan. Contohnya adalah di Inggris 6,1% orang telah membuat dan memodifikasi produk konsumen dalam 3 tahun terakhir. Secara keseluruhan konsumen Inggris menghabiskan 2,3 kali lebih pada inovasi konsumen dari semua perusahaan Inggris. Hanya 2% dari inovasi konsumen yang idenya dipatenkan, dan malah banyak yang didistribusikan secara gratis.

  • Namun sekarang pertanyaannya adalah apakah inovasi dapat berkembang jika ide tidak dilindungi dan dibayar?

Sesuai pendapat Von Hippel, dimana Banyak biaya yang berkaitan dengan inovasi telah jatuh drastis karena kemajuan teknologi.Pengguna menemukan biaya yang lebih murah untuk mengembangkan produk persis dengan yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri. Kita tahu bahwa hanya sebagian kecil dari pengguna inovator melindungi ide-ide mereka dari pengekor melalui paten atau cara lain, namun inovasi saat ini memang sedang berkembang.

  • Lalu mengapa orang tidak ingin melindungi inovasi pada produk mereka ?

Ada contoh lagi seperti yang ada pada artikel ini, dimana seorang pecinta sepeda memiliki sepeda dan membuat inovasi baru sepeda gunungnya dan menggunakannya setiap hari, dan orang-orang disekitarnya melihat, ingin mencoba, dan menanyakan sepedanya tersebut, karena terlihat berbeda. Pada suatu saat orang lain yang pernah tau sepedanya berusaha meniru inovasi tersebut. Nah apakah hal itu akan menyakiti si pembuat inovasi sepeda gunung? Ternyata jawabannya adalah tidak, dengan alasan bahwa inovasi tersebut malah meningkatkan reputasinya, dan pengguna lain malah bisa mengembangkan dan perbaikan dari inovasi sepeda yang telah dia buat. Dan jika perusahaan sepeda suatu saat akan membuat produk seperti inovasi yang telah dibuat seseorang tadi secara komersial dan menghasilkan banyak keuntungan mungkin memang akan sedikit mengganggunya, tetapi seseorang tersebut mengatakan bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi insentif aslinya untuk berinovasi dan diharapkan itu menjadi investasi yang telah dibuatnya.

Cerita yang sama sehubungan dengan konsumen  yang berinovasi. Disini dikatakan bahwa suatu perusahaan menciptakan mesin baru untuk digunakan dalam suatu proses manufaktur. Seseorang yang bernama Jeroen de Jong beserta seseorang mengetahui bahwa perusahaan seringkali mengungkapkan inovasi kepada pemasok secara gratis.

Hal itu dilakukan karena perusahaan akan mendapat keuntungan jika pemasok mulai membangun inovasi mereka secara komersial.

Namun pada sutu titik tertentu pada akhirnya harus membayar untuk melindungi ide-ide tersebut.

Seperti merk Gillete, tidak pernah kita lihat dia berinovasi dengan produk yang baru.Namun Gillete memiliki keunggulan kompetitif yang besar bagi mereka. Yaitu ketajaman mata pisaunya yang belum ada yang bisa menyainginya

Sehingga dapat kita ketahui bahwa sebenarnya suatu gagasan untuk berinovasi itu muncul ketika ada tingakat persaingan naik.Misal saja, pengendara sepeda tidak dapat berinovasi jika tidak ada perlombaan sepeda, dsb.

Namun memang tidak semua menganggap membuat inovasi adalah sebagai suatu persaingan, oleh karena itu mereka mengungkapkan inovasi mereka secara gratis.

Namun saat ini bahwa para konsumen dari produsen pertama telah menghasilkan suatu bahan yang sangat penting dari suatu inovasi yang mereka buat dan diumumkan secara gratis, kemudian produsen kedua mengadopsi inovasi trersebut dan mengembangkannya.Dan tidak terlihat perusahaan mengeluh tentang hal itu.

  • Ø Mengenai Paradigma yang selama ini adalah “Produsen berinovasi dan konsumen/pengguna tidak”, namun paradigma itu ternyata salah. Misalnya :
  1. Twitter tahu benar bahwa penggunanya adalah orang-orang yang awalnya mengembangkan fungsi baru, lalu perusahaan akhirnya mengadopsi dan monetizes.
  2. Pengalaman Microsoft dengan aksesori Kinect itu diperkenalkan untuk Xbox 360. Tak lama setelah produk yang keluar, banyak pengguna dimodifikasi dan diperbaiki dan menciptakan aplikasi baru.
  3. Microsoft pertama menyayangkan “hacking” produknya oleh pengguna. Kemudian, dalam beberapa hari, ia berbalik arah dan bertepuk tangan dan menawarkan dukungan kepada para pengguna yang sama.

Dan hal ini menjadikan keuntungan provit.

GDE Error: Unable to load requested profile.

Inspirasi Budaya Kampoeng

Sudah tahukah anda dengan genduren ?

yaitu tradisi kuno pada masa kerajaan dan genduren merupakan bentuk wujud masyarakat Jawa.

Namanya saja “genduren” genduren itu artinya Kenduri. Tergantung waktunya, semisal Kenduri menyambut Suro, berarti Kenduri malam Suroan, Kenduri menyambut 17 Agustus berarti Maleman dll. Saya tidak menyoroti agama apa yang pertamakali melakukan tradisi ini namun saya hanya akan menyampaikan bahwa malakukan genduren biasanya adalah sebagai wujud persembahan dan bentuk sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Terkait dengan Kenduri, banyak hal yang bisa diambil sebagai penyokong kekuatan bangsa. Kita sebagai penduduk jawa tentunya kita harus bisa menjaga tradisi nenek moyang kita yang mulai jarang kita temui di kalangan masyarakat agar budaya kita tidak punah. Yaitu dengan cara melestarikan dan mendukung segala bentuk tradisi adat. masih banyak lagi sejarah yang dapat kita gali dan jadikanlah sejarah merupakan sebagian dari hidup kita dan menjadi suatu yang menarik untuk didalami lagi kisahnya. (jhon hardi n Tri kris diantoro)

Fitri 1433 H, edisi Consumer 3-000

Perjalanan pertumbuhan ekonomi negeri ini tampaknya kian melaju sumringah (sekedar catatan, pertumbuhan ekonomi kita triwulan II tahun 2012 ini adalah yang tertinggi nomer dua di dunia setelah China). Batas atau treshold pendapatan per kapita USD 3000 telah ditembus beberapa bulan silam (kini angkanya sudah bergerak naik ke USD 3750an).

Angka Pendapatan Per Kapita USD 3000 adalah angka keramat. Sejarah mencatat, begitu sebuah negara menembus angka itu, biasanya akan terjadi ledakan kemakmuran yang meroket.

Yang tak kalah penting : gelindingan roda ekonomi bisnis yang terus menderap itu melahirkan apa yang disebut sebagai revolusi konsumen kelas menengah Indonesia. Fakta apa saja yang menggambarkan middle class consumer revolution ini, dan apa implikasinya bagi jagat bisnis, akan segera kita sajikan dalam hidangan Senin pagi ini.

Dalam kaitannya dengan hal diatas, kini telah terbit sebuah buku dahsyat. Rekan saya pas jaman jadi aktivis mahasiswa dulu, Yuswohady baru saja merulis sebuah buku yang judulnya saya ambil menjadi judul tulisan ini : Consumer 3000 : Revolusi Konsumen Kelas Menengah Indonesia. Eks konsultan senior MarkPlus ini dengan sangat mengesankan mengelaborasi sejumlah fenomena yang menandai gelombang konsumen kelas menengah Indonesia ini.

Sebelum mengulas lebih jauh tentang gelombang kelas menengah ini, ada baiknya kita mencoba mendefine siapa saja mereka. Saya sendiri punya definisi yang sederhana namun mungkin menggambarkan siapa itu middle class consumer : yakni mereka yang penghasilannya berada pada angka 5 juta sd 20 juta per bulan.

Dan seiring dengan laju pertumbuhan bisnis, jumlah masyarakat yang mempunyai pendapatan sebesar itu rasanya makin terus menanjak. Pelan tapi pasti, golongan kelas menengah baru ini kemudian menciptakan gelombang konsumen yang meledakkan demand pada berbagai produk bisnis.

Fenomena itu setidaknya bisa kita catat melalui tiga observasi berikut.

Fenomena yang pertama akan saya sebut sebagai : Avanza Effect. Benar, sebutan ini merujuk pada merek mobil Toyota Avanza. Dan ini dia faktanya : sejak diluncurkan tahun 2004 lalu, mobil ini telah terjual lebih dari 1 juta unit (bukan kebetulan kalau mobil ini juga disebut sebagai mobil sejuta umat).

Avanza Effect adalah sebuah simbolisasi tentang ledakan konsumen menengah baru. Tentang lahirnya gelombang para pekerja atau keluarga muda yang untuk pertama kalinya mampu membeli sebuah mobil (lantaran penghasilan mereka yang telah meningkat).

Tak pelak, fenonema penjualan mobil Avanza yang terus meroket itu (dan tertinggi sepanjang sejarah otomotif di tanah air) menjadi penanda bahwa jumlah konsumen kelas menengah terus membesar volumenya. Ledakan penjualan Toyota Avanza hampir tidak mungkin terjadi tanpa ledakan konsumen kelas menengah di tanah air.

Fenomena # 2 : Indomaret and Starbucks Effect. Dalam bukunya, Yuswohady menyebut fenomena ini sebagai modern retail explosion. Ya, kini dimana-mana kita melihat hadirnya modern outlet yang mencoba memenuhi dahaga konsumen kelas menengah baru : mulai dari gerai Indomaret, Alftamart, Seven Eleven, Apotik 24 Jam, Ace Hardaware, hingga Starbucks, J-Co dan Dunkin Donats.

Dimana-mana kita melihat gerai-gerai modern tersebut terus bermunculan. Dan ajaibnya : semua selalu ramai (dalam setiap penerbangan pagi, saya selalu mampir ke Starbuck di Terminal 2F, dan astaga, gerainya nyaris selalu penuh).

Sekali lagi, modern outlet explosion itu hanya bisa terjadi lantaran gelombang konsumen kelas menengah terus bergerak dengan kecepatan yang relatif tinggi.

Fenomena # 3 : BlackBerry and Twitter Effect. Kita sudah tahu, penjualan Blackberry di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia. Kita juga tahu, pengguna twitter dan FB di tanah air termasuk yang paling besar di dunia. Sementara penetrasi pengguna internet di tanah air terus melonjak; dan karenanya konsumsi bandwith meroket.

Siapa driving force dibalik semua hal diatas? Sudah pasti mereka adalah konsumen kelas menengah Indonesia. Mereka yang punya penghasilan relatif tinggi, berpendidikan, dan sadar akan kemajuan teknologi. Dan hampir pasti, Anda merupakan salah satunya.

Demikianlah : tiga fenomena diatas secara serentak dan simultan menjadi penanda hadirnya gelombang konsumen kelas menengah di republik ini. Semuanya dibahas secara memikat di buku yang baru akan terbit bulan depan ini. Jika terbit, buku ini layak dibaca dan dicermati isinya.

Lalu, apa implikasinya bagi Anda. Simpel saja : kalau saja Anda punya kreativitas untuk menciptakan sebuah produk/jasa yang bisa “berselancar” diatas gelombang konsumen kelas menengah ini, Anda pasti akan jadi jutawan.

Sekali lagi benar kata seorang saudagar : mencari uang di negeri ini semudah mengorek upil. Sebab milyaran uang terus dibelanjakan oleh kaum konsumen kelas menengah baru ini, setiap hari, selama 24 jam dalam setahun.

So, once again : be creative, then create something profitable.

Sebab jika Anda sudah bisa menjual produk yang profitabel, dan lalu jadi jutawan, tentu Anda bisa memberangkatkan kerabat satu kampung untuk merayakan umroh lebaran di Mekah. Betapa indah dan mulianya. Minal Aidizin wal Faizin. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

(from blog strategi Yodya)

Hidup Sukses Mulia

Hidup sukses mulia di dunia dan akherat adalah senandung doa yang mungkin terus kita lantunkan. Sebab siapa insan di muka bumi ini yang tak berhasrat meraihnya? Hidup yang sukses penuh barokah dan kuyup dengan etos kemuliaan, adalah impian yang memang harus kita rajut dengan sepenuh sukma.

Nah dalam konteks itulah, hadir sebuah slide presentasi yang amat menggugah tentang perjalanan mencari kesuksesan hakiki.

Slides ini khusus dihadirkan sebagai sajian spesial di penghujung terakhir bulan Ramadhan ini. Namun sebelum Anda mendownload dan menikmati this amazing slide, ada beberapa catatan penting yang hendak saya bagikan.

GDE Error: Unable to load requested profile.

Memimpin Pada Situasi Krisis

Pada situasi terjadinya krisis kesehatan dan keselamatan publik, seperti kecelakaan pesawat, angin topan, wabah penyakit menular, atau teroris, dibutuhkan pemimpin yang efektif. Keputusan yang baik harus dilakukan dengan cepat, meskipun harus bertaruh dengan waktu, ketidakpastian, tekanan politik yang terkait dengan krisis (Hannah, Campbell, & Matthews, 2010; Pearson & Clair, 1998). Melakukan penilaian informasi dan membuat keputusan harus dilakukan oleh semua pihak dan merespon terhadap krisis tersebut yaitu mulai dari pejabat senior dari pemerintah pusat serta personil lokal pada area terdampak (Gorge, 2006; Mitroff, 2004).

 

GDE Error: Unable to load requested profile.