- MEMBANGUN KARAKTER BAGIAN DARI SYUKUR NIK’MAT
Dari semua yang diungkapkan diatas pada dasarnya adalah usaha kita bagaimana membangun karakter diri agar memiliki etos kerja yang baik dan dapat menjadi pondasi bagi kita untuk mengembangkan diri sebagai wujud syukur kita kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa, Allah Azza wa Jalla.
Dalam bahasa lain banyak orang mengatakan tidak akan banyak artinya kemampuan ( knowledge ) yang tinggi disertai dengan keterampilan ( skill ) yang juga tinggi apabila tidak diikuti dengan prilaku ( attitude ) yang baik.
Apabila kepada anda diminta memilih satu diantara dua pilihan, disatu sisi adalah orang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang bagus tetapi kurang memiliki prilaku yang baik, disisi lain adalah orang yang prilakunya baik tetapi kurang memiliki pengetahuan dan bahkan juga ketrampilan.
Maka, mana kala anda memilih pilihan pertama, Anda ada pada posisi menunggu saat-saat “bom meledak”. Karena pada saat-saat Anda begitu sangat membutuhkan dia, bisa jadi karakter tidak baiknya akan muncul dan mencari celah untuk dapat menguasai dirinya. Pada saat itulah apapun yang dilakukan akan merugikan dirinya dan berdampak pada lingkungan yang ada disekitarnya.
Tetapi dikala Anda memilih, pilihan kedua orang yang kurang memiliki kemampuan maupun ketrampilan namun mempunyai semangat untuk terus belajar dan belajar memperbaiki dirinya dan dia memiliki prilaku yang baik. Maka, itu adalah lebih baik. Prilaku yang baik, akan berdampak baik, walau pada situasi bagaimanapun tetap dia akan dapat menyikapi dengan baik. Dan itulah akhlak, akhlak yang dapat membawa seseorang menjadi mulya.
- MARI BELAJAR JUJUR PADA DIRI SENDIRI
Akhlak mulia tidak secara otomatis menempel pada diri seseorang. Ada proses dan butuh waktu, karena itulah diperlukan perjuangan maksimal untuk mendapatkannya. Apa lagi bagi orang-orang yang sudah dewasa, ini menjadi sebuah tantangan. Dan yang paling penting lagi adalah ”adakah keinginan pada diri untuk berubah. ?”
Maka kejujuran menjadi kunci, bagi siapapun kita yang akan melangkah setapak demi setapak menuju anak tangga perbaikan diri. Dan kejujuran yang paling utama adalah, saat kita menghadapi diri kita sendiri. Jujur pada diri sendiri adalah prilaku prima yang diinginkan oleh setiap orang. Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita dapat memiliki kejujuran itu, dan bagaimana cara kita membangun akhlak yang mulia.
Karena itulah seorang hamba Tuhan diutus dimuka bumi ini ”untuk menjadi tauladan yang baik”. Muhammad Rosulullah SAW, diutus Allah kemuka bumi ini, untuk dapat menyempurnakan akhlak hamba-hamba-NYA yang dengan sadar ingin ada perbaikan pada dirinya, menjadikan dirinya orang yang penuh manfaat.
Allah SWT berfirman dalam surat Al- Ahzab (33) ayat 21, “Sungguh telah ada pada diri Rasullulah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Akhlak tidak bisa begitu saja dimiliki setiap orang. Akhlak adalah sesuatu yang sudah menempel pada seseorang dan menjadi bagian dari dirinya. Karena itu perlu proses dan waktu untuk dapat merubahnya. Dalam buku membentuk karakter cara islam, Annis Matta menyebutkan ”Akhlak sebagai ujung dari iman dan amal saleh. Akhlak adalah nilai dan pemikiran yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan yang tetap, natural dan reflek”.
Rutinitas yang diwarnai perasaan sukarela dengan dukungan pengetahuan, itulah yang akhirnya membuahkan akhlak. Karena itu, akhlak terinternalisasi dalam diri seseorang melalui tahap pembiasaan.
Dalam dunia perbankkan ini menjadi tuntutan yang paling utama, dimulai saat menentukan seseorang untuk menjadi karyawan, melalui proses rekrut yang kemudian dilanjutkan dengan proses-proses berikutnya, adalah kegiatan yang mutlak dilakukan. Setelah menjadi karyawan, akhlak itu, yang diantaranya adalah kejujuran tetap terjaga dan terpelihara dengan baik bahkan dapat membawa dirinya menjadi lebih bijak didalam menyikapi hidupnya.
Begitu juga pada saat memilih mitra atau nasabah sebagai seseorang yang akan memberikan pelayanan yang terbaik, maka tolak ukur pertama adalah akhlak, adalah kejujuran. Bila pada saat itu, nasabah yang diambil jatuh pada pilihan yang kurang tepat, maka tidak heran akan menjadi ”bom waktu” yang setiap saat dapat meledak dan akan merugikan kita semua.
Karena itulah pengembangan diri lewat program-program pelatihan yang diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan baik bagi karyawan maupun nasabah adalah kebutuhan dan proses yang seharusnya dilakukan. Sehingga pada akhirnya kebersamaan dalam menyikapi setiap persoalan untuk mencapai tujuan yang disepakati, mempunyai visi yang sama. Kejujuran pada diri menjadi kunci keberhasilan bagi semua pihak dalam menghadapi setiap permasalahan.
- YANG SERING TERLUPAKAN
Manusia adalah tempatnya salah dan sering lupa, tidak ada yang sempurna. Karena itu menjadi hal yang sangat penting pada saat kita menjaga diri untuk tidak larut dalam kekeliruan atau kesalahan yang berkepanjangan. Kalau awalnya baik saja, bisa menjadi kurang baik atau bahkan tidak baik, apa lagi bila saat penerimaan karyawan atau pada saat akad kredit diawali dengan yang kurang baik. Apa jadinya ?
Pantaslah kalau di firmankan ”bahwa sesungguhnya manusia adalah orang-orang yang merugi”. Bagaimana kita tidak dikatakan merugi, kalau setiap tindakan kita disadari atau tidak terkadang cenderung untuk melakukan atau mengatakan yang kurang baik, mungkin ini disebabkan karena sebagian besar tubuh kita adalah zat cair, yang selalu memilih daerah lebih rendah pada saat zat cair tersebut dialirkan. Dan zat cair begitu
mudahnya berubah bentuk, ia akan segera menyesuaikan dengan tempat yang ada saat itu, sama halnya kita yang mudah terpengaruh atau dipengaruhi.
Karena itu untuk tetap istiqamah, tetap berjalan sesuai dengan relnya, maka diperlukan pemeliharaan yang terus menerus, dan tidak akan pernah berhenti. Rumah tidak akan pernah bersih kalau hanya disapu 1 kali, rumah akan selalu bersih apa bila setiap saat kita menjaga dan membersihkannya, tidak harus menunggu kotor, apa lagi kotor yang berkepanjangan. Ini yang sering terlupakan.
Dalam sebuah hadits disampaikan ; “Barang siapa melapangkan kesusahan dari kesusahan dunia seorang mukmin, Allah akan melapangkan kesusahannya di hari kiamat.
Barang siapa melepaskan kesukaran seorang mukmin, Allah akan melepaskan kesukarannya di dunia dan akhirat. Dan barang siapa menutupi aib seseorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barang siapa berjalan di jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HRMuslim).
Jaga dan peliharalah diri lewat belajar yang tidak pernah berhenti, isi otak kita dengan pengetahuan dan ketrampilan dan isi hati kita dengan kecerdasan emosional dan spiritual serta berempatilah kepada sesama sebagai usaha kita untuk mendapatkan ridho-NYA.
Nasabah yang jujur dan bertanggung jawab, pasti akan memenuhi setiap hak dan kewajibannya, ini juga sebab ketrampilan petugas perbank-an didalam memilih dan memilah. Tidak hanya sampai disitu tetapi juga menjaga dan memeliharanya. Keduanya menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah bagian dari syukur nikmat yang harus dilakukannya. Inilah orang-orang yang berakhlak mulya yang saling menjaga dan memelihara. Tidak cukup hanya dengan beriman kepada Allah, tidak juga cukup dengan perbuatan yang baik, tetapi juga harus disertai dengan saling mengingatkan baik didalam hal-hal yang positif maupun dalam menyikapi kehidupan yang dituntut dengan kesabaran. Ini semua bagian dari syukur nikmat kita kepada Tuhan Yang maha Pencipta, Allah Azza wa Jalla.