Setiap Orang ada Masanya dan Setiap Masa ada Orangnya. Ini adalah kalimat yang sering diungkapkan oleh banyak orang. Ungkapan itu mengandung arti bahwa manusia tidak selamanya sama kondisinya. Hari ini sebagai rakyat, besuk or lusa akan jadi pejabat. Begitupun selanjutnya. Dan hal ini tidak perlu lagi diperdebatkan karena memang takdirnya demikian.
Sebagian dari anda, pernah mendengar negeri Andalusia. Sebuah negeri yang disegani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya. Takut karena kekuatan serta ketangguhan bangsanya. Disegani karena penduduk muda senantiasa menjaga nilai-nilai kejujuran, kebenaran yang kental dengan nuansa relegiusitas.
Namun, menjadi pelajaran yang sangat amat berguna bagi kita sekarang. Khususnya bagi bangsa Indonesia yang telah memasuki usia 70 Tahun Merdeka. Neger Andalusia yang dahulunya termasyur itu pada akhirnya hancur lebur habis dijarah oleh bangsa lain. Hal itu terjadi bukan karena bangsa lain yang kuat akan tetapi moral muda bangsa Andalusia yang makin hari makin merosot. Tidak lagi menganggap relegiusitas menjadi utama, justru jiwa hedonisme yang pertama.
Akankah negeri Indonesia yang subur, kaya raya yang katanya gemah ripah loh jinawi akan hancur. Akankah negeri yang dulu dijuluki sebagai Macan Asia akan lumpuh. Tentu saja bukan sekarang jawabanya, namun menjadi PR bagi pemimpin negeri ini. Untuk selalu tanggaping sasmita, kalau tidak maka Negera Besar akan Gulung Tikar…..