SOCIAL CAPITAL COMMUNICATION page 1

IMG_20170401_080429
social capital communication ( relational capital dengan warga)

Case studi : Pengelolaan Manajemen keRTan SPR & Hamlet
RT is bad brand
Fenomena yang  kurang menarik untuk dibicarakan, apalagi ditulis. Rukun Tetangga atau disingkat dengan RT. Anda yang saat ini membaca artikel inipun pasti sudah tahu, familiar, terbiasa. Saking terbiasanya maka RT dianggap tidak penting. RT itu yaa, identik dengan wakil warga bila ada permasalahan dan sekedar layanan admistrasi seperti pada umumnya. Orang lebih senang dengan mendengar kata Nike dengan just do it, Apple think different, Disneyland, Microsoft, Mcdonalds atau yang lagi trend di Surabaya saat ini adalah Transmart dan lain sebagainya. Jelaslah lebih suka mendengar slogan, jargon, moto atau semboyan dari Nike, Mcdonalds, siapapun yang mendengar maka akan kebayang sepatu berkelas, atau empuknya ayam goreng plus suasana resto modern untuk nongkrong konkow. Bandingkan orang mendengar kata RT, hadeh’ identik ruwet, masalah, kerja sosial, makan ati, ga penting dan persepsi buruk. Memang sih ada juga beberapa orang yang sangat loyal, mau dengan sukarela menerima menjadi Ketua RT di wilayahnya masing-masing, eits tapi ingat itu hanya beberapa orang. Jika disurvey dengan pertanyaan sederhana, maukah bapak dipilih jadi ketua RT, hampir semua orang jawabanya bisa sama, tolong jangan saya, saya membantu saja, yang lain saja, maaf saya sibuk sekali, dan puluhan alasan yang intinya adalah menolak. Kondisi itulah yang terjadi di Perumahan Sukolilo Park Regency & Hamlet wilayah Kelurahan Keputih Sukolilo.
Pada tahun 2016 akhir, pengurusan RT di perumahan ini berganti dan dilakukan pemilihan lagi. Dari hampir 280an lebih KK yang ada wilayah SPR Hamlet, sudah terjaring calon-calon yang dipercaya warga untuk menjadi Ketua RT, namun tidak semulus dan semudah yang diharapkan, ternyata calon terpilihpun juga tidak bersedia untuk menjadi Ketua RT. Mengapa bisa demikian sulitnya mencari warga yang mau menjadi Ketua RT?. Pertanyaan ini yang perlu dicari jawabanya.

Mau dan Mampu
TIdak semua orang mau dan mampu. Ada yang mau tapi merasa tidak mampu. Namun sebaliknya ada yang mampu tapi tidak mau. Jadi minimal harus memenuhi dua varible mau dan mampu. Berkehendak mau saja tidak cukup kalau tidak memiliki kemampuan. Kemauan didasari dari niat untuk melakukan bagian dari aktifitas beribadah kepada sang Pencipta. Dikatakan mampu jika segala sesuatu dilakukan dengan ilmu. Oleh karena itu, kamuan dan kemampuan manajerial keRTan di SPR Hamlet ini dilakukan dengan keilmuan yang penulis sebut dengan Social Capital Communication.

Social Capital Communication
Apakah Social Capital itu?, sebarapa penting Social Capital turut berperan dalam penataan menejerial KeRTan?. Bagaimana Social Capital di Communicationkan?.
Kawan tiga pertanyaan diatas akan saya uraikan berdasarkan teori dan pengalaman empiris utamanya social capital theory yang saya gunakan dalam berbagai aktifitas sosial nyata yang saya lakukan.

Baca artikel lanjutanya di Social Capital Communication page 2……….